Thursday, November 8, 2012

Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Abu Bakar


Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Abu Bakar
Kepemimpinan setelah wafatnya Rasulullah dipegang oleh Abu Bakar. Beliau dihadapkan dengan peristiwa-peristiwa yang besar berkenaan dengan kemurtadan sebagian orang Arab. Oleh sebab itu, Abu Bakar mengirim pasukan untuk memeragi orang-orang murtad tersebut. Perang Yamamah (12 H) melibatkan sejumlah besar para sahabat yag hafal Al-Qur’an. Dalam perang tersebut, sekitar tujuh puluhan qari dari para sahabat gugur. Kejadian tersebut membuat Umar bin Khattab khawatir akan hilangnya Al-Qur’an, sehingga Umar bin Khattab menghadap Abu Bakar dan mengusulkan agar mengumpulkan dan membukukan Al-Qur’an.
Disisi lain Umar juga khawatir peperangan di tempat-tempat lain akan membunuh banyak qari pula, sehingga Al-qur’an hilang dan musnah. Namun demikian, Abu Bakar menolak usulan Umar dan berkeberatan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah sebelumnya. Umar tetap membujuk Abu Bakar, sehingga Allah membukakan pintu hati Abu Bakar untuk menerima usulan Umar. Kemudian Abu Bakar memerintah Zaid bin Tsabit, mengingat kedudukanya sebagai qira’at, penulis, pemahaman dan kecerdasan serta kehadiranya dalam pembacaan yang terkali. Abu Bakar menceritakan kekhawatiran dan Usulan Umar. Sama halnya Abu Bakar, Zaid bin Tsabit, awalnya juga menolak usulan tersebut. Keduanya lalu bertukar pendapat, hingga akhirna Zaid dapat menerima dengan lapang dada perintah penulisan Al-Qur’an tersebut. Zaid bin Tsabit memulai tugas yang berat ini dengan bersandar pada hafalan yang ada dihati para qurra dan catatan-catatan yang ada pada para penulis. Kemudian lembaran-lembaran(kumpulan) itu dismpan ditangan Abu Bakar hingga wafatnya tahun 13 H dan berpindah ke tangan Umar. Setelah Umar wafat mushaf itu berpindah ditangan Hafsah, putri Umar. Pada permulaan kekhalifahan Usman, Usman memintanya dari tangan Hafsah.
Zaid bin Tsabit mengumpulkan Al-Qur’an dari pelepah kurma, kepingan-kepingan  batu dan dari hafalan para penghafal, sampai akhirnya aku mendapatkan akhir surat Taubah berada pada Abu Khuzaimah al-Ansari, yang tidak ia dapatkan pada orang lain hingga akhir surah. Maksudnya, Zaid bin Tsabit tidak mendapatkan akhir surah Taubah tersebut dalam keadaan tertulis selain pada Abu Khuzaimah. Zaid sendiri hafal, begitu juga dengan para sahabat yang menghafalnya. Jadi, akhir surah Taubah itu telah dihafal oleh banyak sahabat, dan mereka menyaksikan ayat tersebut dicatat, tetapi catatannya hanya terdapat pada Abu Khuzaimah.
Kita sudah mengetahui bahwa pada masa Nabi, Al-Qur’an sudah tercatat, tetapi masih beserakan pada kulit-kulit, tulang dan pelepah kurma. Kemudian Abu Bakar memerintahkan agar  catatan-catatan tersebut dikumpulkan dalam satu mushaf, dengan ayat-ayat dan surah-surah yang tersusun serta dituliskan dengan berhati-hati dan mencakup tujuh huruf yang dengan itu Al-Qur’an itu diturunkan. Dengan demikian, Abu Bakar adalah orang pertama yang mengumpulkan Qur’an dengan cara seperti ini, disamping terdapat juga mushaf-mushaf sahabat pribadi pada sebagian sahabat, seperti mushaf Ali, mushaf Ubai, dan mushaf Ibn Mas’ud.
Tetapi mushaf-mushaf tersebut tidak ditulis dengan cara seperti Abu Bakar, dan tidak dikerjakan dengan penuh ketelitian dan kecermatan, juga tidak dihimpun secara tertibnyang hanya memuat ayat-ayat yang bacaannya tidak dimansukh dan secara ijma’ sebagaimana mushaf Abu Bakar.
Pengumpulan oleh Abu Bakar dinamakan Pengumpula Kedua.

No comments:

Post a Comment