Friday, November 2, 2012

Cabang-cabang Ulumul Hadits


A.  Cabang-cabang Ulumul Hadits
a.       Pengertian Cabang - cabang Ilmu Hadits
1.      Ilmu Rijallil Hadits
Ilmu Rijallil Hadits ialah "Ilmu yang membahas para perawi hadits-hadits, baik dari sahabat, dari tabi'in maupun dari angkatan-angkatan sesudahnya." *1
Sedangkan menurut Mudatsir dalam bukunya Ilmu Hadits, ilmu rijallil hadits ialah:
"Ilmu untuk mengetahui para perawi hadits dalam kapasitas mereka sebagai perawi hadits." Ilmu ini sangat penting kedudukannya dalam lapangan ilmu hadits. Hal ini karena objek kajian hadits pada dasarnya terletak pada dua hal, yaitu matan dan sanad.*
2.      Imu Jarhi Wat Ta'dil
Pada hakikatnya ilmu jahi wat ta'dil merupakan suatu bagian dari ilmu rijallil hadits, akan tetapi ilmu ini dipandang bagian yang terpenting, yang kemudian menjadi ilmu yang berdiri sendiri. Dari segi bahasa berarti luka atau cacat adalah ilmu yang mempelajari tentang kecacatan para perawi, seperti pada keadilan dan kedabitannya.
Para ahli hadits mendefinisikan al-jarhi dengan: "Kecacatan pada perawi hadits karena sesuatu yang dapat merusak keadilan atau kedabitannya."
Adapun at-ta'dil, yang dari segi bahasa berarti at-tasywiyah (menyamakan), sedangkan menurut istilah berarti lawan dari al-jarh, yaitu pembersih atau penyucian perawi dan ketetapan bahwa ia adil atau dabit.*3
3.      Ilmu Fannul Mubhamat
Yang dimaksud dengan ilmu ini ialah: "Ilmu untuk mengetahui nama orang-orang yang tidak disebut didalam sanad."
4.      Ilmu Tashhif Wat Tahrif
Ilmu tashhif wat tahrif adalah ilmu ilmu yang berusaha menerangkan hadits-haditas yang sudah diubah titik atau syakalnya (mushhaf). "Ilmu yang menerangkan hadits-hadits yang sudah diubah titiknya (yang dinamai mushahhaf), dan bentuknya yang dinamai muharraf."
5.      Ilmu Ilalil Hadits
Kata Ilal adalah bentuk jama dari kata al-illah yang menurut bahasa berarti "al-marrad (penyakit atau sakit), menurut ulama muhaddisis, istilah "illlah" berarti sebab yang tersembunyi atau samar-samar yang berakibat tercemarnya hadits, akan tetrapi yang kelihatan adalah kebaikannya, yakni tidak terlihat adanya kecacatan.
"Ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang tersembunyi, tidak nyata yang dapat merusak hadits." Adapun dalam buku Mudasir: "Ilmu yang membahas sebab-sebab yang tersembunyi yang dapat mencacatkan kesahihan hadits, misalnya mengatakan muttasil terhadap hadits yang munqati, menyebut marfu terhadap hadits mauquf, memasukkan hadits kedalam hadits lain, dan hal-hal yang seperti itu."
6.      Ilmu nasikh Wal Mansukh
Yang dimaksud ilmua an-nasikh wal mansukh disini ialah terbatas sekitar nasikh dan mansukh pada hadits. An-naskh menurut istilah menurut pendapat ulama usul ialah "syari" mengangkat (membatalkan) sesuatu hukum syara dengan menggunakan dallil syary yang datang kemudian. Sedangkan menurut Endang Soetari ilmu nasikh wal mansukh ialah ilmua yang menerngakan hadits-hadits yang sudah diamasukkan dan menassakhkannya.
7.      Ilmu Gharibil Hadits
Menurut Ibn Salah yang dimaksud dengan gharib al hadits ialah:
"ilmu untuk mengetahui dan menerangkan makna yang terdapat pada lafadz-lafadz hadits yang jauh dan sulit dipahami, karena (lafadz-lafadz tersebut) jarang digunakan."
8.      Ilmu Asbab Wurud Al Hadits
Asbab adalah jama dari sabab yang menurut ahli bahasa, asbab diartikan dengan al-habl (tali). Yaitu yang menurut lisan al-arab berarati saluran, yang artinya adalah segala sesuatu yang menghubungkan suatu benda dengan benda lainnya. Adapun menurut istilah “Segala sesuatu yang mengantar pada tujuan." Menurut Muhammad  Hasbi Ash Shiddiqy ilmu asbab wurud al hadits ialah ilmu yang menerangkan sebab-sebab nabi menuturkan sabdanya dan masa-masanya nabi menuturkan itu.
9.      Ilmu Talfiqil Hadits
Ilmu talfiqil hadits ialah "Ilmu yang membahas tentang cara mengumpulkan antara hadits-hadits yang berlainan lahirnya."
10.  Ilmu Mushthalah ahli hadits
Ilmu mushthalah ahli hadits ialah: "Ilmu yang menerangkan pengertian-pengertian (istilah-istilah yang dipakai oleh ahli-ahli hadits)."
11.  Ilmu Mukhtalif Al-Hadits
Ilmu mukhtalif al-hadits ialah: "Ilmu yang membahas tentang hadits-hadits yang menurut lahirnya saling bertentangan atau berlawanan agar pertentangan tersebut dapat dihilangkan atau dikompromikan antara keduanya sebagaimana membahas hadits-hadits yang sulit dipahami isi dan kandungannya dengan menghilangkan kemusyikitan atau kesulitannya serta menjelaskan hakikatnya."
b.      Sejarah Cabang-Cabang Ilmu Hadits
1.      Ilmu Rijalil Hadits
Permulaan lahirnya ilmu hadits ini yaitu disaat para ulama menyusun kitab riwayat ringkas para sahabat , ialah; Al Bukhary (256 H). kemudian usaha itu dilaksanakan oleh muhammad Ibn Sa'ad (230 H). Sesudah itu bangunlah beberapa ahli lagi. Di antaranya, yang penting diterangkan ialah Ibn Abdil Barr (463 H). kitabnya bernama Al Istiab.
Pada permualaan abad ketujuh Hijriah izzuddin Ibn Atsir (630 H) mengumpulkan kitab-kitab yang telah disusun sebelum masanya dalam sebuah kitab besar yang dinamai Usdul Ghabah. Ibnul Atsir ini adalah saudara dari Majduddin Ibnul Atsir pengarang An Nihayah fi Gharibil Hadits.
Kitab Izuddin diperbaiki oleh Az Dzahaby (747 H) dalam kitab At Tajrid.
Sesudah itu pada abad kesembilan Hijriah, bangunlah Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalany menyusun kitabnya yang terkenal dengan nama Al Ishabah. Dalam kitab ini dikumpulkanAl Istiab dengan usdul Ghabah dan ditambah dengna yang tidak terdapat dalam kitab-kitab tersebut.
Kitab ini telah diringkas oleh As Sayuthy dalam kitab Ainul Ishabah. Al Bukhary dan Muslim telah menulis juga kitab yang menerangkan nama-nama shahaby yang hanya meriwayatkan suatu hadits saja yang dinamai Wudhdan
2.      Ilmu Jarhi wat Ta'dil
Menurut keterangan Ibn Ady (365 H) dalam muqadimah kitabnya Al kamil, para ahli telah membahas keadaan-keadaan para perawi sejak dari zaman sahabat. Di antara para sahabat yang membahas keadaan para perawi hadits ialah Ibnu Abbas (68 H), Ubadah ibn Shamit (34 H) dan Anas ibn Malik (94 H).
Dalam masa mereka itu, masih sedikit orang yang dicela. Mulai abad kedua barulah banyak orang-orang yang lemah. Kelemahan itu adakala karena mengirsalkan hadits, adakala karena me-rafakan hadits, yang sebenarnya mauquf, dan adakala karena beberapa kesalahan yang tidak disengaja, semisal Abu Harun Al'Abdary (143 H).
Sesudah berakhir masa tabiin, yaitu kira-kira pada tahun 150 H, bergeraklah para ahli memperkatakan keadaan-keadaan perawi, menta'dil dan mentajrihkan mereka. Maka di antara ulama besar yang memberikan perhatian pada urusan ini, ialah Yahya ibn Sa'id Al Qaththan (189 H), dan Abdurrahman ibn Mahdy (198 H).
Sesudah itu barulah barulah para ahli menyusun kitab-kitab jarah dan ta'dil. Di dalamnya diterangkan keadaan para perawi, yang boleh diterima riwayatnya dan yang ditolak. Dan setelah itu tereus berlanjut pada tiap-tiap masa terdapat ulama-ulama yang memperhatikan keadaan perawi, hingga sampailah kepada ibn Hajar Al Asqalany (852 H).
3.      Ilmu Fannul Mubhamat
Di antara yang menyusun kitab ini, Al Khatib Al Baghdady. Kitab Al Khatib itu diringkaskan dan dibersihkan oleh An Nawawy dalam kitab Al Isyarat ila bayani asmail Mubhamat. Perawi-perawi yang tidak tersebut namanya dalam shahih Bukhary diterangkan dengan selengkapnya oleh ibn Hajar Al Asqalany dalam Hidayatus Sari Muqaddamah Fathul Bari.
4.      Ilmu Tashhif wat Tahrif
Di antara kitab yang menerangkan ilmu ini, ialah kitab Ad Daraquthny (385 H) dan kitab At Tashhif wat tahrif, karangan Abu Ahmad Al Askary (283 H).
5.      Ilmu Ilalil Hadits
Ilmu ini, ilmu yang berpautan dengan kesahihan hadits. Tak dapat diketahui penyakit-penyakit hadits, melainkan oleh ulama yang mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang martabat-martabat perawi dan mempunyai malakah yang kuat terhadap sanad dan matan hadits.
Di antara ulama yang menulis ilmu ini, ialah: Ibnul Madiny (234 H), IbnI Abi Hatim (327 H),. Kitab beliau ini sangat baiknya dinamai Kitab Ilalil hadits. Dan diantara yang menulis kitab ini pula, Al Imam Muslim (261 H), Ad Daraquthny (375 H) dan Muhammad ibn Abdillah Al Hakim.
6.      Ilmu Gharibil Hadits
Menurut sejarah, yang mula-mula berusaha dalam bab ini ialah Abu Ubaidah Ma'mar ibn Al Mutsanna (210 H). kemudian usaha itu diluaskan lagi oleh Abdul Hasan Ala Maziny (204 H). Di awal abad ketiga Hijriah berusahalah Abu Ubaid Al Qasim ibn Sallam (224 H) menyusun kitabnya yang terkenal dalam ilmu Gharibil Hadits, yang diusahakan dalam tempo 40 tahun. Maka dengan terdapat dua kitab itu, terkumpullah sebagian besar dari kata-kata yang gharib. Sesudah itu, berusaha pula beberapa ahli sehingga sampai kepada masa Al Khaththaby (378 H). beliau menulis kitabnya yang terkenal. Dan setelah selesai kitabnya itu, terdapatlah tiga induk kitab dari segala kitab Ghariebil Hadits. Kemudian Abu Ubaid Ahmad ibn Al Harawy (40 H) menusun kitabnya dengan mengumpulkan antara Ghariebiil Qur'an dan Ghariebil Hadits. Sesudah itu berusaha pula Az Zumakhsyary menyusun kitabnya yang dinamai Al Faiq. Kitab ini tinggi nilainya, disusun setiap abjad.
Sesudah itu bangun pula Abu Bakar Al Ashbahany (581 H), menyusun kitabnya dengan mengikuti sistem Al Hawary. Sesudah itu datanglah Ibnul Atsier (606 H) lalu menyusun kitabnya An Nihayahb. Kitab inilah sebesar-besar kitab Ghariebil Hdits yang terdapat dalam masyarakat Islam. Kitab ini di ikhtisyarkan oleh As Sayuthy (911 H) dalam kitabnya yang dinamai As Durrun Natsier.
Kiranya, kitab An Nihayah ini mencukupi bagi seseorang didalam mempelajari kata-kata yang sukar dan ganjil yang terdapat dalam matan-matan hadits.
7.      Ilmu Nasikh wal Mansukh
Banyak para ahli yang menyusun kitab-kitab nasikh dan mansukh ini. Di antaranya, Ahmad ibn Ishaq Ad Dienary (318 H), Muhammad ibn Bahar Al ashbahany (322 H), Ahmad ibn Muhammad An Nahhas (338 H). dan seudah beberapa uloama lagi menyusunnya, datanglah Muhammad ibn Musa Al Hazimy (584 H) menyusun kitabnya, yang dinamai Al I'tibar. Kitab ini mudah diperoleh, kitab ini telah diringkaskan oleh Ibnul Abdil Haq (744 H).
8.      Ilmu Asbabi Wurudil Hadits
Ulama yang mula-mula menyusub kitab ini, yang ada kitabnya dalam masyarakat, ialah Abu Hafash Umar ibn Muhammad ibn Raja Al Ukbary, dari murid Ahmad (309 H). Dan kemudian ditulis pula oleh Ibrahim ibn Muhammad, yang terkenal dengan nama Ibnu Hamzah Al Husainy (1120 H), dalam kitabnya Al Bayan wat Ta'rif yang telah dicetak dalam tahun 1329 H.
9.      Ilmu Talfiqil Hadits
Di antara ulama yang telah berusaha menyusun ilmu ini, ialah: Al Imamusy Syafi'y (204 H), Ibnu Khutaibah (276 H), Ath Thahawy (321 H) dan Ibnul Jauzy (597 H). kitabnya bernama At Tahqiq. Kitab ini sudah disyarahkan oleh Al ustadz Ahmad Muhammad Syakir dan baik sekali nilainya.
10.  Ilmu Mushthalah Ahli Hadits
Ilmu ini yang mula-mula mengusahakannya ialah Abu Muhammad Ar Ramaharmuzy (360 H). kitab ini boleh dikatakan hampir lengkap isinya. Sesudah itu barulah para ulama meluaskan gelanggang ilmu ini. Yang mula-mula mengusahakannya, Al Hakim Muhammad ibn Abdillah An Naisabury.
Ulama-ulama yang datang sesudahnya, boleh dikatakan berpegang kepada kitab-kitabnya. Sesudah itu datang Al Hafidz Ibn Shalah (463 H) menyusun kitabnya yang terkenal dengan nama Muqaddamah ibn Shalah. Kitab ini mendapat sambutan hangat dari ulama. Ada ulama yang membantahnya. Ada ulama yang mempertahankan isinya. Ada yang menadhamkannya. Ada yang mengihktisarkannya. Ada yang mensyarahkannya. Ada yang membantah sedikit-sedikit isinya.
Di antara yang memukhtasarkannya, An Nawawy (676 H) dalam kitabnya Al Irsyad. Kemudian di ikhtisharkan lagi mukthasharnya itu kedalam kitab At Taqrieb. At Taqrieb ini telah diayarahkan oleh As Sayuthy dalam kitab Tadriebur Rawi. Zainuddin Al Iraqy (805 H) menadhamkan kitab ibnush Shalah dengan memberi beberapa tambahan dalam seribu baris. Kitab ini diselesaikan pada tahun 768 H dan disayarahkan dengan sebuah kitab yang dinamai Fathul Mughits yang selesai dikerjakan pada tahun 771 H. kitab ini kemudian diberi komentar oleh Al Biqay (855 H) dalam kitabnya yang dinamai An Nukatul Waiyah.  Di antara kitab-kitab ringkas yang mengenai ilmu ini, ialah Nukhbatul Fikar dan syarahnya Nuzhatunnadhar, susunan Al Asqalany yang telah disyarahkan lagi oleh bnyak ulama yang datang sesudahnya. Di antara kitab Musthalah yang tinggi nilainya, ialah Taujihun Nadhar Fi Ushullil Atsar karangan Asy Syaikh Thahir Al Jazairy dan Qawaidul Tahdiets karangan Allamah Jamalluddien Al Qasimy.

B.  Urgensi Ulumul Hadits
Urgensi merupakan keutamaan belajar ulumul hadits. Keutamaannya antara lain :
  • Memelihara sunnah shahih (yang benar)
  • Mencegah pemalsuan sunnah
  • Menjalankan agama yang benar
  • Meminimalisir ikhtilaf (perbedaan)
  • Untuk mengetahui hadits tersebut berasal dari rosullullah atau tidak.
  • Untuk menilai periwayat yang terlibat dalam suatu  hadits sehingga dapat diketahui apakah hadits itu shahih atau tidak.
  • Memberikan kemantaban dalam beramal.
  • Mempermudah dalam melaksanakan kontekstualisasi hadits dan menentukan kapan hadits itu dapat dipahami secara tekstual dan kontekstual.

Pengertian ‘Ulumul Al- Hadits


A.  Pengertian ‘Ulum Al- Hadis dan Sejarah Perkembangannya
Istilah “ulum al-hadis berasal dari bahasa Arab yang terdiri atas dua kata, yaitu ‘ulum dan al-hadis. Kata ‘ulum merupakan bentuk jama’ dari kta ‘ilm yang berarti gambaran sesuatu tentang akal. Dalam kaca mata Nur al-Din ‘Itr, diartikan  dengan sesuatu yang membedakan dengan ma’rifat. Ilmu diungkapkan secara keseluruhan (kulliyah) sedangkan ma’rifat diungkapkan secara juz’iyah. Sedangkan istilah al-hadis secara etimologi berarti lawan qadim, sesuatu yang baru, kabar atau berita dari seseorang. Arti yang cocok dalam kaitan ini adalah tentang berita atau kabar dari seseorang.
Dengan demikian, istilah ‘ulumul al-hadis adalah ilmu yang berkaitan dengan masalah hadis dengan berbagai aspeknya. Pengertian ini didasarkan atas banyaknya ragam dan macam keilmuan yang bersangkut paut dengan hadis. Dari sinilah ulama mutaqaddimin merumuskan ilmu hadis dengan ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang cara-cara persambungan hadis sampai kepada Rasulullah saw.
Secara global ruang lingkup kajian ‘ulum al-hadis menyangkut dua bagian, yaitu ilmu hadis riwayat dan ilmu hadis dirayah.
-          Ilmu hadis riwayat adalah suatu ilmu yang membahas tentang segala sesuatu yang datang dari nabi Muhammad saw, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapan ataupun yang lainnya.
Dari pengertian itu dapat dikatakan bahwa obyek pembahasan ilmu hadis riwayat adalah pribadi nabi Muhammad saw, dari perkataan, perbuatan, maupun ketetapan dan sifat-sifat lainya.
-          Ilmu hadis dirayat adalah sekumpulan dari kaidah-kaidah dan masalah-masalah yang di dalamnya dapat diketahui keadaan riwayat dan periwayat dari sisi diterima atau ditolaknya.
Dari definisi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa obyek kajian ilmu hadis tersebut adalah sanad, rawi, dan matan hadis. Adapun tujuan mempelajari ilmu hadis dirayat adalah untuk mengetahui dan menetapkan diterima atau ditolaknya suatu hadis. Kajian tersebut semakin penting karena di dalamnya merupakan kajian historis analis atas segala perbuatan dan perkataan Nabi Muhammad saw serta ketetapannya.
Secara lengkap perkembangan kajian ilmu hadis dapat diuraikan menjadi :
a.       Tahap pertama
Yaitu tahap kelahiran ‘ulum al-hadis yang terjadi pada masa sahabat sampai penghujung abad pertama hijrah. Kehati-hatian sahabat dalam meriwayatkan hadis dan para penerusnya dalam mengatasi pemalsuan hadis dengan berbagai bukti tertulis hadis Nabi Muhammad saw. Pencarian sanad hadis dan karakteristik periwayatnya, mengadakan perjalanan ke berbagai daerahsekedar mendengar orang yang mendapatkan hadis langsung dari nabi Muhammad saw. Oleh karena itu, tahap ini sudah muncul sejumlah cabang ‘ulum al-hadis seperti hadis marfu’, mawquf, maqtu dan sebagainya.
b.      Tahap kedua
Adalah tahap penyempurnaan. Cabang-cabang keilmuan di dalam ‘ulum al-hadis telah berdiri sendiri. Tahap ini mulai awal abad ke-2 sampai awal abad ke-3 Hijrah. Al-Zuhri disebut sebagai peletak ‘ulum al-hadis.
c.       Tahap ketiga
Adalah tahap pembukuan ‘ulum al-hadis secara terpisah: berlangsung abad ke-3 sampai pertengahan abad ke-4 Hijrah. Masa ini merupakan masa keemasansebab sunnah dan ilmu-ilmunya sudah dibukukan.
d.      Tahap keempat
Adalah tahap penyusunan kitab-kitab induk ‘ulum al-hadis dan penyebarannya. Pertengahan abad ke-4 sampai ke-7 Hijrah.
1.      Al- Muhaddis al-Fasil bain al-Rawi wa al-Wa’I karya Abu Muhammad al- Rahamurmuzi
2.      Al- Kifayah fi Ilm al-Riwayah karya al-Khatib al-Bagdadi
3.      Al-Ilm fi ‘ulum al-Riwayat wa al-Sima’ karya al-Qadhi Iyadh idn Musa al-Yashubi.
e.       Tahap kelima
Adalah tahap kematangan dan kesempurnaan pembukuan ‘ulum al-Hadis abad ke-7 sampai abad ke-10 Hijrah. Pelopornya adalah Ibnu Salah. Keistimewaan: komprehensif, adanya pemberiaan komentar terhadap berbagai pendapat.
f.       Tahap kebekuan dan kejumudan ( abad ke-10 sampai awal abad ke-14 )
Ijtihad dalam masalah ilmu hadis dan penyusunan kitabnya nyaris berhenti total. Lalu lahirlah kitab-kitab ilmu hadis yang ringkas dan praktis baik dalam bentuk syair maupun prosa.
1.      Al-Manzumat al-Baiquniyah karya Umar ibn Muhammad ibn Futuh al-Baiquni
2.      Taudih al-Azkar karya al-San’ani
3.      Syarah Nuzhat al-Nadar karya al-Harawi
g.      Tahap kebangkitan kedua (awal abad ke-14 H)
1.      Qawaid al-Tahdis karya Jamaluddin al-Qasimi
2.      Tarikh al-Funun fi l-hadis, karya Abd al-Aziz al-Khuli
3.      Al-Sunnah wa Makanatuha fi Tasyri’ al-Islami karya Mustafa al-Siba’i
4.      Al-Hadis wa al-Muhaddisun karya Muhammad Abu Zahwun
5.      Al-Manhaj al-Hadis fi ‘ulum al-Hadis karya Muhammad al-Simahi.
Nama-nama yang disandarkan pada ilmu hadits dapat bermacam-macam, namun nama yang popular dalam pembahasan ilmu hadis yaitu ‘ulum al-Hadis dan Ilmu Dirayah. Disamping kedua nama tersebut , dikalangan ahli hadis terdapat nama lain  yang berkaitan dengan  ilmu hadis yaitu ‘Ilm Usul al-Hadis, ‘llmu Mustalah al-Hadis, ‘Ilmu Mustalah Ahl al-Asar. AL-‘Asqalani lebih memilih istilah ‘llmu Mustalah Ahl al-Asar dan Tahir al-Jazari menyebutnya dengan Mustalah Ahl Asar. 
Ciri-ciri suatu ilmu dapat dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan :
1.      Memiliki obyek studi yang spesifik dan eksplisit yang membedakan dengan disiplin lain. Dari sisi ini ‘ulumul al-hadis  memiliki obyek material yaitu hadis dan obyek formalnya yaitu sanad, rawi, dan matan hadis dari sisi diteeima atu ditolaknya. Oleh karena itu di dalam ‘Ulum al-Hadis ini ada serangkaian kaidah-kaidah yang spesifik yang dijadikan pedoman dalam menentukan status suatu hadis beserta pemahamannya.
2.      Memiliki sistematika dan struktur keilmuan tersendiri.
Demikian pula dengan ‘ulum al-Hadis di dalam keilmuanan tersebut adanya satuan kesatuan keilmuan yang berada di cabangnya sehingga memungkinkan satu dengan yang lainnya saling berhubungan. Seperti untuk menilai suatu hadis, maka perlu pengetahuan yang cukup atas keilmuan yang menyangkut atas sanad dan matan hadis.
3.      Memiliki metode pengembangan. Dari sisi ini , kajian ‘ulum al-Hadis ternyata berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada masanya. Perkembangan tersebut dapat dilihat dalam perjalanan panjang kajian ‘ulum al-Hadis.
4.      Memiliki evisiensi empiris.
Kajian semacam ini , membuktikan bahwa dalam matan hadis terutama yang terkait erat dengan dunia yang terus berkembang seperti kedokteran, farmasi, dan sebagainya dapat diakses untuk memberikan pemahaman atas hadis Nabi Muhammad saw yang berbeda dengan pemahaman yang dilakukan oleh ulama terdahulu.
Berdasarkan pemahaman diatas, maka dapat dikatakan bahwa’Ulum al-Hadis, dapat disejajarkan sebagai ilmu pengetahuan karena telah memiliki cici-ciri dari ilmu pengetahuan.

Mengetahui fungsi dari Al-Qur’an


Allah SWT menciptakan manusia untuk hidup di dunia bukanlah  untuk permainan atau tanpa tujuan.Allah SWT menciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya dan misi khalifah yaitu wali Allah di bumi guna  menjaga dan memelihara bumi.Dengan kata lain manusia dituntut untuk mampu menjadi pemimpin dan pengolah bumi agar kehidupan di dalamnya senantiasa aman damai dan tenteram serta diridhoi Allah SWT.Dalam kehidupan ini,agar manusia tidak sesat,maka Allah SWT menurunkan Al-Qur’an.Tujuan Allah SWT menurunkan Al-Qur’an adalah:
1)      Peringatan akan siksa yang pedih
Al-Qur’an diturunkan Allah SWT untuk memberi peringatan kepada manusia agar tidak sesat dari jalan yang benar,karena jika manusia bertindak sesat tentunya akan mendapatkan siksa yang keras dari Allah SWT.
2)      Kabar gembira bagi orang-orang yang beriman
Tanpa iman manusia tidak berhak mendapatkan kabar gembira.Gembira di dunia karena hidup dalam naungan petunjuk Allah Azza wa Jalla dan gembira di Akhirat karena akan mendapatkan balasan atas apa yang dikerjakan di dunia.
3)      Peringatan khusus bagi dosa terbesar
Al-qur’an memperingatkan akan dosa-dosa terbesar yaitu suatu perbuatan yang membawa kepada kemusyrikan atau dengan kata lain menyekutukan-Nya dengan sesuatu.Menyukutukan Allah SWT adalah dosa besar yang tidak diampuni Allah kalau tidak bertaubat dengan sungguh-sungguh.           
Al-qur’an merupakan sebuah kitab yang memberikan pengarahan hidup pada manusia.Kebesaran dan keagungan Al-Qur’an dapat dirasakan manfa’atnya bila umat Islam mau mengambil pelajaran yang terdapat di dalam-Nya.Umat islam akan mampu mengambil manfa’at dan hikmah dari Al-Qur’an bilamana umat Islam mau mempelajari dengan tekun dan teliti..    Ada 4 esensi utama yang terdapat di dalam Al-Qur’an,yakni:
1.      maw’izhah (nasehat)
Al-Qur’an merupakan kitab yang di dalamnya berisi nasehat-nasehat bagi kehidupan manusia.Nasehat tersebut diharapkan untuk diperhatikan dan dilaksanakan agar dapat memperoleh ridho-Nya.
2.      Syifa
Di dalam Al-Qur’an,salah satu keistimewaan darinya adalah mampu mengobati segala penyakit hati.Dalam ilmu pengetahuan adalah penyakit-penyakit psikologis atau juga bisa disebut penyakit kerohanian.dan semua penyakit awalnya bersumber dari hati dan lingkungan hanya sebagai pendukung.Selain itu,Al-Qur’an merupakan penyembuh penyakit jasmani,yaitu dengan cara melaksanakan resep hidup sehat yang diperintahkan oleh Qur’an.
3.      Huda
Alqur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia sebagai pedoman penuntun hukum. Serta sebagai pedoman untuk pegangan hidup manusia.
Sebagaimana firman Allah
http://www.suryalaya.org/pictures/al-baqarah%201-2.JPG
Artinya : Alif Laam Miim. Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang yang bertaqwa.
4.      Rahmah
Esensi Allah mengenai alqur’an sebagai Rohmat bahwa Al-qur’an berperan untuk  mengayomi umat,lewat nikmat yang diberikan oleh Allah


Al-Quran adalah kitab suci agama islam untuk seluruh umat muslim di seluruh dunia dari awal diturunkan hingga hari akhir (kiamat).Di dalam surat-surat dan ayat-ayat Al-Quran terdapat kandungan yang terbagi menjadi beberapa hal pengertian dari masing-masing kandungan, yaitu sebagai berikut ini :

1
. Aqidah
Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang wajib diyakini oleh setiap orang. Alquran mengajarkan akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak beranak.
2. Ibadah
Ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau dikerjakan untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT. Bentuk ibadah dasar dalam ajaran agama islam yakni seperti mengucapkan dua kalimah syahadat, sholat lima waktu, membayar zakat, puasa di bulan suci ramadhan dan beribadah pergi haji bagi yang telah mampu menjalankannya.

3. Akhlak
Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau tercela. Allah SWT mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya dan menjauhi laranganNya.

4. Hukum-Hukum
Hukum yang ada di Al-quran adalah memberi suruhan atau perintah kepada orang yang beriman untuk mengadili dan memberikan penjatuhan hukuman pada sesama manusia yang terbukti bersalah.

5. Tadzkir
Tadzkir adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada manusia akan ancaman Allah SWT berupa siksa neraka. Tadzkir juga bisa berupa kabar gembira bagi orang-orang yang beriman kepadaNya dengan balasan berupa nikmat surga.

6. Sejarah atau Kisah
Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang yang terdahulu baik yang mendapatkan kejayaan akibat taat kepada Allah SWT serta ada juga yang mengalami kebinasaan akibat tidak taat kepada Allah SWT.
Banyak kisah-kisah yang disebut di dalam Al-Qur’an diantarannya kisah para Nabi dan Rasul,Ashabul Kahfi,Iskandar Zulqornain,dan lain-lain.Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sebaiknya kita mengambil pelajaran yang baik-baik dari sejarah masa lalu atau dengan istilah lain iktibar.

7. Dorongan Untuk Berpikir


Fungsi Al-Qur’an
1.      Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan
Di Dalam kitab suci Alqur'an / Al-Qur'an terdapat hukum-hukum yang bertujuan untuk mengatur kehidupan umat manusia untuk dapat hidup bahagia, tentram, makmur, sejahtera dan lain-lain.
1. Jinayat
JInayat adalah segala macam dan jenis peraturan yang berhubungan dengan tindak kriminal / kriminalitas dalam kehidupan keseharian manusia seperti mencuri, memfitnah, berzina, membunuh, dan lain sebagainya.
2. Muamalat / Mu'amalat
Mu'amalat adalah hukum yang berisi peraturan perdata dalam masyarakat yakni syarikat, jual beli, pinjam meminjam, qiradh, ijarah, dan lain-lain.
3. Munakahat
Munakahat adalah peraturan-peraturan yang mengatur masalah pernikahan /nikah / perkawinan / kawin seperti mas kawin, talak / thalaq / perceraian, rujuk, muhrim, dan lain sebagainya.
4. Faraidh
Faraidh adalah peraturan undang-undang yang mengatur pembagian harta pusaka
5. Jihad
Jihad adalah segala bentuk aturan yang mengatur mengenai permasalahan perang, misalnya seperti harta rampasan perang, tawanan perang, dan lain sebagainya.

2.      Petunjuk pada jalan yang lurus
Allah SWT berfirman :
Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberi petunjuk pada jalan yang amat lurus. (Al-Isrâ [17]:9)
Al-Qur’an memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus yaitu jalan mereka yang diberi nikmat serta diridhoi oleh Allah SWT. 

3.      Sebagai Obat  
Allah SWT berfirman:
Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan (Alquran itu) tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (Al-Isra' [17]: 82)
Di dalam Al-Qur’an,salah satu keistimewaan darinya adalah mampu mengobati segala penyakit hati.Dalam ilmu pengetahuan adalah penyakit-penyakit psikologis atau juga bisa disebut penyakit kerohanian.dan semua penyakit awalnya bersumber dari hati dan lingkungan hanya sebagai pendukung.Selain itu,Al-Qur’an merupakan penyembuh penyakit jasmani,yaitu dengan cara melaksanakan resep hidup sehat yang diperintahkan oleh Qur’an.
4.      Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu
Kita harus menyadari bahwa mereka umat-umat terdahulu diadzab oleh Allah di dunia dengan adzab yang dahsyat yg sangat mengerikan bila dibayangkan adalah karena mereka mendurhakai membangkang dan mendustakan rasul yang diutus untuk mereka. Mereka mengingkari kebenaran yang disampaikan kepada mereka meskipun telah nyata bukti-bukti kebenaran di hadapan mereka. itu adalah yang terjadi pada umat-umat terdahulu sebelum diutusnya Rasulullah saw.
Al-Qur’an menerangkan tentang masalah-masalah yang pernah terjadi pada umat terdahulu untuk dijadikan pelajaran dan untuk memberikan hikmah serta membuka mata kita akan kesudahan orang-orang yang dhalim.

5.      Mengganti dan menyempurnakan kitab-kitab Allah yang telah diturunkan sebelumnya.
Al-Qur’an merupakan kitab yang sempurna yang didalamnya termuat dan membenarkan isi dari kitab-kitab terdahulu dan juga menyempurnakan kitab-kitab terdahulu sehingga Al-Qur’an berfungsi untuk menggantikan kitab-kitab terdahulu karena kebanyakan kitab-kitab terdahulu telah banyak tercampur oleh ulah kotor tangan manusia.

 Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Maidah:48 “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang”.

Fungsi Alqur’an di tinjau dari segi nama namanya
Nama nama Alqur’an baik secara langsung maupun tidak langsung,memperlihatkan fungsi fungsi Alqur’an.Dari sudut isi atau subtansinya,fungsi Alqur’an—sebagai tersurat dalam nama namanya—adalah sebagai berikut:
1.      Al-furqon (pemisah).Dalam Alqur’an di katakan bahwa ia adalah ugeran untuk membedakan dan bahkan memisahkan antara yang hak dan bathil,atau antara yang benar dan yang salah.Allah berfirman,”Bulan ramadhan adalah bulan diturunkanya Alqur’an yang berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan bathil)...” (Q.S. Al-baqarah [2]:185)
2.      Al-syifa (obat).Dalam Alqur’an di katakan bahwa ia berfungsi sebagai obat bagi penyakit-penyakit yang ada dalam dada (mungkin yang di maksud disini adalah penyakit psikologis).Allah berfirman,”Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada...” (Q.S Yunus [10]:57). Selain itu,Al-Qur’an merupakan penyembuh penyakit jasmani,yaitu dengan cara melaksanakan resep hidup sehat yang diperintahkan oleh Qur’an.
3.      Al-huda (petunjuk).Dalam Alqur’an terdapat tiga kategori tentang posisi Alqur’an sebagai petunjuk. Pertama,petunjuk bagi manusia secara umum. Allah berfirman, “Bulan ramadhan adalah bulan di turunkannya Alqur’an yang berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu...” (Q.S. Al-baqarah [2]:185).

 Kedua, Alqur’an adalah petunjuk bagi orang orang yang bertakwa. Allah berfirman, “Kitab Alqur’an ini tidak ada keraguan di dalamnya;petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (Q.S. Al-baqarah [2]:2) Bahwa Alqur’an berfungsi sebagai petunjuk bagi orang orang takwa dijelaskan pula dalam ayat lainnya,antara lain Surat Ali Imran [3]:138. Ketiga, Petunjuk bagi orang orang beriman.Allah berfirman,”...katakanlah:Alqur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang orang beriman...” (Q.S. Fushsilat [41]:44).Begitu juga,bahwa Alqur’anadalah petunjuk bagi orang orang beriman disebutkan pula pada ayat lainnya,antara lain dalam surat Yunus [10]:57.
4.      Al-mau’izah (nasihat).Dalam Alqur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai nasihat bagi orang orang yang bertakwa.Allah berfirman, “Al-qur’an ini adalah penerangan bagi seluruh manusia,dan petunjuk serta pelajaran bagi orang orang yang bertakwa.” (Q.S. Ali-Imran [3]:138)
5.      Adz.Dzikr
Allah SWT menyifatkan Al-Quran sebagai adz-dzikra (peringatan) kerana sebetulnya Al-Quran itu sentiasa memberikan peringatan kepada manusia kerana sifat lupa yang tidak pernah lekang daripada manusia. Manusia mudah lupa dalam berbagai hal, baik dalam hubungan dengan Allah, hubungan sesame manusia mahupun lupa terhadap tuntutan-tututan yang sepatutnya ditunaikan oleh manusia.

Oleh itu golongan yang beriman dituntut agar sentiasa mendampingi Al-Quran. Selain sebagai ibadah, Al-Quran itu sentiasa memperingatkan kita kepada tanggungjawab kita.

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan adz-zikra (Al-Quran) dan Kamilah yang akan menjaganya (Al-Quran). (al-Hijr: 9)


6.      Al-Busyro
Al-Quran sering menceritakan khabar gembira bagi mereka yang beriman kepada Allah dan menjalani hidup menurut kehendak dan jalan yang telah diatur oleh Al-Quran. Khabar-khabar ini menyampaikan pengakhiran yang baik dan balasan yang menggembirakan bagi orang-orang yang patuh dengan intipati Al-Quran. Telalu banyak janji-janji gembiran yang pasti dari Allah untuk mereka yang beriman dengan ayat-ayatNya.

"Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami bangkitkan setiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan engkau (Muhammad) menjadi saksi atas mereka. Dan Kami turunkan Kitab (Al-Quran) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk serta rahmat dan khabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim)". (an-Nahl: 89)
  1. Al-Bayan
Al-Quran adalah kitab yang menyatakan keterangan dan penjelasan kepada manusia tentang apa yang baik dan buruk untuk mereka. Menjelaskan antara yang haq dan yang batil, yang benar dan yang palsu, jalan yang lurus dan jalan yang sesat.


Selain itu Al-Quran juga menerangkan kisah-kisah uma terdahulu yang pernamengingkari perintah Allah lalu ditimpakan dengan berbagai azab yang tidak terduga.

inilah (Al-Quran) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk kepada seta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Ali-Imran: 138 )

            Selain nama-nama di atas yang dapat dijadikan sebagai fungsi dari Al-Qur’an itu sendiri,Al-Qur’an juga menamai dirinya dengan :
1.Al-Kitab
Perkataan Kitab di dalam bahasa Arab dengan baris tanwin di akhirnya (kitabun) memberikan makna umum yaitu sebuah kitab yang tidak tertentu. Apabila ditambah dengan alif dan lam di depannya menjadi (Al Kitab) ia telah berubah menjadi suatu yang khusus (kata nama tertentu). Dalam hubungan ini, nama lain bagi Al-Quran itu disebut oleh Allah adalah Al-Kitab yaitu tulisan yang lengkap.Allah SWT berfirman :

Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya, (menjadi) petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (al-Baqarah: 2)
2.Ar-Rohmah
Allah menamakan Al-Quran dengan rahmat kerana dengan Al-Quran ini akan melahirkan iman dan hikmah. Bagi manusia yang beriman dan berpegang kepada Al-Quran ini mereka akan mencari kebaikan dan cenderung kepada kebaikan tersebut.

Dan Kami turunkan dari Al-Quran (sesuatu) yang menjadi penawar serta rahmat bagi orang-orang yang beriman, sedangkan bagi orang-orang yang zalim (Al-Quran itu) hanya akan menambah kerugian. (al-Isra: 82)
3.An-Nuur
Panduan yang Allah gariskan dalam Al-Quran menjadi cahaya dalam kehidupan dengan mengeluarkan manusia daripada taghut kepada cahaya kebenaran, daripada kesesatan dan kejahilan kepada kebenaran ilmu, daripada perhambaan sesame manusia kepada mengabdikan diri semata-mata kepada Yang Maha Mencipta dan daripada kesempitan dunia kepada keluasan dunia dan akhirat.
Dengan kitab itulah Allah member petunjuk kepada orang yang mengikuti keredhaanNya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari kegelapaan kepada cahaya dengan izinNya dan menunjukkan ke jalan yang lurus. (al-Maidah: 17)

4.Ar-Ruh
Allah SWT telah menamakan wahyu yang diturunkan kepada rasulNya sebagai roh. Sifat roh adalah menghidupkan sesuatu. Seperti jasad manusia tanpa roh akanmati, busuk dan tidak berguna. Dalam hubungan ini, menurut ulama, Al-Quran mampu menghidupkan hati-hati yang mati sehingga dekat dengan Penciptanya.

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) Ruuh (Al-Quran) dengan perintah Kami, … (ash-Shura: 52)