Friday, November 2, 2012

Aklak terhadap orang tua menurut etika


  AkhAklak terhadap orang tua menurut etika
            Orang tua adalah oran yang telah merawat kita, menjaga, memelihara, dan mendidik kita sejak kecil hingga kita menjadi dewasa. Mereka melakukannya secara sunguh-sungguh dan penuh kasih sayang demi mengharapkan kehidupan kita yang lebih baik. Bahkan orang tua dengan susah payah bekerja mencari nafkah untuk membahagiakan kita.
            Sedemikian besar peran orang tua dalam hidup kita, sehingga sudah sepantasnya kita sebagai orang yang berpengetahuan haruslah menjaga etika kita terhadap orang tua. Diantara bentuk-bentuk perbuatan kita yang sesuai dengan etika adalah :
1.      Selalu taat kepada keduanya dan menjalankan segala perintahnya, asalkan perintah itu tidak bertentangan dengan ajaran agama dan tidak melanggar hukum yang berlaku di suatu tempat. Meskipun orang tua kita berbuat aniaya kepada kita, tetaplah kita tidak boleh menyinggung perasaan mereka ataupun membalas perbuatan yang mereka terhadap kita. Baik bagaimanapun mereka tetaplah orang tua kita yang telah merawat kita semenjak kita kecil.
Menurut ukuran umum, orang tua tidak akan berbuat aniaya kepada anaknya sendiri. Jikalau terjadi aniaya, biasanya disebabkan oleh perbuatan si anak yang berbuat keterlaluan kepada orang tua.
2.      Jika hendak pergi hendaklah meminta izin kepada keduanya. Apabila tidak diizinkan kita harus menerimanya dengan lapang dada.
3.      Berbicaralah dengan lemah lembut, bermuka manis, dan berseri-seri. Janganlah meninggikan suara ketika berbicara kepada orang tua dan jangan pula menggunakan kata-kata yang kasar kepada keduanya.
4.      Perhatikan nasihat-nasihat orang tua dan janganlah memotong pembicaraannya.
5.      Membantu pekerjaan orang tua dengan sekuat tenaga, terutama jika orang tua sudah berusaha lanjut.
6.      Selalu bersikap baik dan sopan santun baik dalam perbuatan maupun perkataan.
7.      Selalu menyambung silaturahim kepada keduanya meskipun kita dalam perantauan ataupun kita sudah memiliki keluarga sendiri, selalu menepati janji kita, dan menghormati sahabat-sahabat orang tua dengan baik.
8.      Selalu mendoakan orang tua agar diampuni dosa-dosanya oleh Allah swt.
Sementara itu menurut imam al-Ghazali, etika anak terhadap orang tuanya adalah sebagai berikut:
1.      Mendengarkan pembicaraannya.
2.      Melaksanakan perintahnya.
3.      Tidak berjalan di depannya.
4.      Tidak mengeraskan suara ketika berbicara kepadanya.
5.      Menjawab panggilannya.
6.      Berkemauan keras menyenangkan hatinya.
7.      Menundukkan badannya.
8.      Tidak mengungkit kebaikan kita terhadap mereka.
9.      Tidak memandang dengan mata melotot dan tidak menatap matanya.
Itulah sebagian kecil bentuk akhlak anak terhadap orang tua menurut etika

D.                Akhlak Kepada Guru Menurut Etika
Murid adalah orang yang sedang belajar dan menuntut ilmu kepada seorang guru. Demi untuk keberkahan dan kemudahan dalam meraih dan mengamalkan ilmu atau pengetahuan yang telah diperoleh dari seorang guru, maka seorang murid haruslah memiliki akhlak atau etika yang benar terhadap gurunya.
Beberapa contoh etika murid terhadap guru (Mu’allim), diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Seorang murid hendaklah hormat kepada guru, mengikuti pendapat dan petunjuknya.
2.      Seorang murid hendaklah memberi salam terlebih dahulu kepada guru apabila menghadap atau berjumpa dengan beliau.
3.      Seorang murid hendaklah memandang gurunya dengan keagungan dan meyakini bahwa gurunya itu memiliki derajat kesempurnaan, sebab hal itu lebih memudahkan untuk mengambil manfaat dari beliau.
4.      Seorang murid hendaklah mengetahui dan memahami hak-hak yang harus diberikan gurunya dan tidak melupakan jasanya.
5.      Seorang murid hendaklah bersikap sabar jika menghadapi seorang guru yang memiliki perangai kasar dan keras.
6.      Seorang murid hendaklah duduk dengan sopan di hadapan gurunya, tenang, merendahkan diri, hormat sambil mendengarkan, memperhatikan, dan menerima apa yang disampaikan oleh gurunya.
Jangan duduk sambil menengok kanan kiri kecuali untuk suatu kepentingan.
7.      Seorang murid hendaklah ketika mengadap gurunya dalam keadaan sempurna dengan badan dan pakaian yang bersih.
8.      Seorang murid hendaklah jangan banyak bicara di depan guru ataupun membicarakan hal-hal yang tidak berguna.
9.      Seorang murid hendaklah jangan bertanya dengan tujuan untuk mengujinya dan menampakkan kepandaian kepada guru.
10.  Seorang murid hendaklah jangan bersenda gurau di hadapan guru
11.  Seorang murid hendaklah jangan menanyakan masalah kepada orang lain ditengah majlis guru.
12.  Seorang murid hendaknya tidak banyak bertanya, apalagi jika pertanyaan itu tidak berguna
13.  Jika guru berdiri, Seorang murid hendaklah ikut berdiri sebagai penghormatan kepada beliau.
14.  Seorang murid hendaklah tidak bertanya suatu persoalan kepada guru ketika sedang di tengah jalan.
15.  Seorang murid hendaklah tidak menghentikan langkah guru di tengah jalan untuk hal-hal yang tidak berguna.
16.  Seorang murid hendaklah tidak berburuk sangka terhadap apa yang dilakukan oleh guru  ( guru lebih mengetahui tentang apa yang dikerjakannya).
17.  Seorang murid hendaklah tidak  mendahului jalannya ketika sedang berjalan bersama.
18.  Ketika guru sedang memberi penjelasan/ berbicara hendaklah murid tidak memotong pembicaraannya. Kalaupun ingin menyanggah pendapat beliau maka sebaiknya menunggu hingga beliau selesai berbicara dan hendaknya setiap memberikan sanggahan atau tanggapan disampaikan dengan sopan dan dalam bahasa yang baik.
19.  Apabila ingin menghadap atau bertemu untuk sesuatu hal maka sebaiknya murid memberi konfirmasi terlebih dahulu kepada guru dengan menelphon atau mengirim pesan, untuk memastikan kesanggupannya dan agar guru tidak merasa terganggu.
20.  Murid haruslah berkata jujur apabila guru menanyakan suatu hal kepadanya.
21.  Seorang murid hendaklah menyempatkan diri untuk bersilaturahim ke rumah guru di waktu-waktu tertentu, sebagai bentuk rasa saying kita terhadap beliau.
22.  Meskipun sudah tidak dibimbing lagi oleh beliau ( karena sudah lulus) murid hendaklah tetap selalu mengingat jasanya dan tetap terus mendoakan kebaikan –kebaikan atas mereka.
Bagaimanapun juga guru merupakan orang tua kedua kita setelah orang tua kita yang di rumah. Mereka adalah orang tua kita saat kita berada di luar rumah. Jadi sebagaiman kita menghormati orang tua kandung kita, maka kitapun juga harus menghormati guru kita.
Sebagaimana disyiratkan dalam sabda Rasulullah SAW :
“Tidak termasuk umatku orang yang tidak menghormati orang yang lebih tua dari kami, tidak mengasihi orang yang lebih kecil dari kami dan tidak mengetahui hak orang alim dari kami.” (HR.Ahmad, Thabrani, dan Hakim dari Ubadah bin Shamit Ra.)
“Pelajarilah oleh kalian ilmu, pelajarilah oleh kalian ilmu(yang dapat menumbuhkan) ketenangan, kehormatan, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang yang kalian menuntut ilmu darinya.” (HR. Thabrani dari Abu Hurairah. Ra)

A.                Kedudukan Guru
“ Bapak Guru lebih mulia dari bapak kandung “. Sebab, Ibu Bapak itu mendewasakan dari segi jasmani yang bersifat material, sedangkan Bapak/Ibu Guru mendewasakan dari segi rohani yang bersifat spiritual dan universal.
Para Guru, Ustadz, Ustadzah, atau Mua’lim, Mursyid, selain mengantarkan kita menjadi orang yang beramal sholih, mereka termasuk pewaris Nabi-Nabi, justru merekalah penyalur pusaka dalam menjalankansyari’at, akhlak, aqidah, dan mereka pula contoh yang terdekat dengan kita. Berkaitan dengan hal tersebut, Nabi bersabda :

Ulama adalah penerima pusaka Nabi-Nabi. (HR. al-Tirmizi dan Abu Daud).

Sehubungan dengan hadist tersebut, maka kita diperintahkan untuk menghormati para Ulama, meski bukan Guru kita. Begitupula dengan para Da’I dan Muballigh selaku penyalur risalah kenabian, yang kini disebut Da’wah atau Kulyah Agama. Adapun Ulama yang sebenarnya adalah yang berilmu, dan beramal dengan ilmunya itu, serta ilmudan amalanya tersebut sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist.

B.                 Kedudukan Murid
Sabda Nabi Muhammad SAW  :
Perhatikanlah perkataan orang yang wajib ditaati antara Ulil Amri kamu dan taatilah perintah mereka meski yang menjadi Ulil Amri itu seorang budak sahaya asal Habsyi. (HR. Bukhori)

Ulil Amri itu adalah kepala pimpinan urusan, termasuk Guru, suami, Pemerintah.

Guru termasuk ulil amri karena mereka adalah pengganti ibu bapak yang mengasuh kita dalam pengajaran dan pendidikan yang sangat menentukan garis-garis kehidupan kita yang akan datang. Nabi SAW. bersabda, yang artinya:
“barangsiapa menghormati guru berarti ia menghormati Tuhannya.” (HR. Abu al-Hasan al-Mawardi)
Sebab, Tuhan menyampaikan ilmu kepada manusia lewat Nabi dan Rasul yang kemudian digantikan oleh ulama; dan guru. Dalam kitab Ta’lim al-Muta’alim disebutkan sebagai berikut: “para pelajar tidak akan mendapat ilmu yang bermanfaat, bila tidak menghormati ilmu dan memuliakan gurunya.”

C.                 Hak Murid dan Guru
Dalam agama kita bukan hanya murid saja yang diperintahkan untuk menghormati Gurunya, tetapi guru juga diharuskan menghargai sang murid, baik itu pendapatnya maupun pribadinya, karena Nabi SAW bersabda yang artinya :
“Hargailah orang-orang yang kamu ajar. (HR. Abul Hasan al-Mawardi)
Maksud hadist ini adalah agar sang murid memperoleh perlakuan yang baik, wajar dari guru/ ustadz secara adil dan mengandung pendidikan tanpa pandang bulu, atau memendang siapa orang tuanya, anak siapa dia, golongan apa orang tuanya, ada hubungan apa dengannya suku atau bangsa mana dia.
Guru adalah teladan bagi murid-muridnya, sehingga apabila sekalipun bersifat acuh tak acuh, bersikap angkuh, dan sinis atau cengis, sungguh itu akan melahirkan sifat dendam dan kebencian yang terpendam dijiwa murid-muridnya.
Syarat pertama kesuksesan guru mendidik anak muridnya ialah menanamkan kepercayaan dan rasa cinta  serta simpatiknya, maka sekali-kalijangan mengharap remeh terhadap murid.

D.                Murka Terhadap Guru
Dalam sebuah hadist riwayat al-Baihaqi Nabi SAW bersabda :
 “Siapa yang merendahkan gurunya, akan ditimpakan Allah kepada-Nya tiga bala : 1. Sempit rezekinya; 2. Hilang manfaat ilmunya; 3. Keluar dari dunia ini tanpa iman (wafat).
Dari hadist ini, kita dilarang meringan ringankan  guru, apalagi menghina, mencela atau menyakiti, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Walaupun guru sekarang berputar jadi murid kita, sebab walau bagaimanapun ‘Alimnya atau pandainya kita sekarang, yang namun Guru adalah juga sebagai ayah dari sebagaian ‘Ilmu kita. Sebab, gurulah pada waktu silam yang membekali dan menuntun kita saat kita masih buta dengan ilmu pengetahuan, mereka orang pertama yang mengajari kita dalam mengatur cara berfikir, berpakaian dan lain-lain. Oleh karena itu, celakahlah orang yang tidak menginsyafi budi baik gurunya dan lupa pada jasa-jasa mereka dari kecil hingga kita dewasa. Bahkan dari dunia hingga keakirat kelak.

No comments:

Post a Comment