Thursday, November 1, 2012

AKHLAK TERHADAP LINGKUNGAN DITINJAU DARI SEGI BUDAYA


                            I.            AKHLAK TERHADAP LINGKUNGAN DI TINJAU DARI SEGI BUDAYA
Sebagai seorang mmanusia yang kodratnya adalah makhluk sosial,kita patut mempunyai dasar pengetahuan dalam bersosialisasi dengan lingkungan disekitar kita, dasar pengetahuan itu adalah budaya yg bertujuan agar kita bisa hidup berdampingan dengan baik. Faktor inilah yang menurut kita menjadi awal mula adanya budaya didalam suatu kelompok masyarakat. Mereka menciptakan sesuatu yang bisa membuat mereka menjalin kesatuan didalam kehidupannya. Budaya itu sendiri pastilah suatu kesepakatan bersama dari penciptanya, berdasarkan nilai, norma, dan moral yang positif yang beredar di masyarakat tersebut.
Budaya yang baik tentulah melahirkan sikap dan perilaku yang baik pula kepada generasi penerusnya dimasa yang akan datang. Sedangkan budaya yang buruk tercipta dari ulah sesorang atau sebagian kelompok yang menentang nilai-nilai positif yang terkandung dalam masyarakat.
Contoh budaya baik adalah seorang ibu mengajari anaknya menanam pohon di pekarangan rumah,agar rumah senantiasa indah. Contoh lain, membiasakan diri bangun pagi, mengembangkan malu sebagai kontrol diri, dan lain sebagainya.
Budaya merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan sosial. Budaya mempunyai peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan dalam masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola pikir masyarakat tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh suatu individu maupun masyarakat.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat dihadapkan pada kenyataan semakin merajalelanya orientasi hidup yang materialistis sementara dimensi spiritual dan ukhrawi semakin tersingkir. Pola hidup masyarakat telah bergeser kearah materialisme, hedonisme, konsumerisme, individualisme dan sikap masa bodoh (permisif). Pola hidup yang seperti itu pada akhirnya mengakibatkan semakin maraknya praktik maksiat, kejahatan dan perilaku yang menyimpang.
Berbagai krisis yang menimpa bangsa indonesia, khususnya masalah akhlak, disebabkan oleh tidak adanya budaya malu dikalangan para pemimpin dan masyarakat luas, disamping oleh lemahnya mekanisme kontrol yang dalam bahasa agama islam dikenal dengan istilah Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Bangsa indonesia cenderung bersikap permisif dan membiarkan terjadinya kemaksiatan dan kemungkaran. Akibatnya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) berkembang luas dikalangan pejabat pemerintah mulai dari kepala desa hingga presiden tanpa ada orang  yang berani melarang apalagi menghentikannya. Pada saat yang sama, berbagai bentuk maksiat dan munkarat, mulai dari penebangan hutan, perjudian, perzinaan, pemerkosaan, penyalah gunaan obat-obat terlarang, minuman keras, dan berbagai bentuk  kedzoliman semakin merajalela
Manakala orang telah kehilangan rasa malu dan kejujuran, ia menjadi manusia buas berjingkrak-jingkrak mengikuti hawa nafsunya dengan hati yang sepuas-puasnya. Hatinya tidak akan terketuk sama sekali. Egoisme yang meluap-luap membuat matanya menjadi gelap,sehingga tidak dapat mengenal apapun juga selain yang lebih menambah kepuasan hatinya. Dikala orang telah mencapai kemerosotan sepeti itu putuslah ia sebagai manusia yang sewajarnya.
Menghadapi keadaan yang sangat menyedihkan diatas, tidak ada alterntif lain kecuali menghayati nilai-nilai luhur budaya dan mengaktualisaikannya dalam bentuk kepribadian yang baik, dalam mewujudkan Indonesia baru sebagai negara yang gemah ripah loh jinawe tata tenterem karto raharjo dibawah naungan ridla Allah SWT yang dalam istilah Al-Qur’an disebut baldatun thayyibatun wa robbun ghofur.(Q.S.Ar-ruum: ). Selain itu para pemimpin harus menunjukkan jalan kebahagiaaan kepada umatnya. Lebih terpuji lagi jika mereka dapat mengantarkan umatnya ke pintu gerbang kebahagiaan. Dengan kata lain, seorang khalifah (pemimpin) tidak sekedar menunjukkan tetapi mampu pula memberi contoh sosialisasinya.

No comments:

Post a Comment