I.
AKHLAK TERHADAP LINGKUNGAN DI TINJAU DARI SEGI BUDAYA
Sebagai seorang mmanusia yang kodratnya adalah makhluk sosial,kita
patut mempunyai dasar pengetahuan dalam bersosialisasi dengan lingkungan
disekitar kita, dasar pengetahuan itu adalah budaya yg bertujuan agar kita bisa
hidup berdampingan dengan baik. Faktor inilah yang menurut kita menjadi awal
mula adanya budaya didalam suatu kelompok masyarakat. Mereka menciptakan
sesuatu yang bisa membuat mereka menjalin kesatuan didalam kehidupannya. Budaya
itu sendiri pastilah suatu kesepakatan bersama dari penciptanya, berdasarkan
nilai, norma, dan moral yang positif yang beredar di masyarakat tersebut.
Budaya yang baik tentulah melahirkan sikap dan perilaku yang baik pula
kepada generasi penerusnya dimasa yang akan datang. Sedangkan budaya yang buruk
tercipta dari ulah sesorang atau sebagian kelompok yang menentang nilai-nilai
positif yang terkandung dalam masyarakat.
Contoh budaya baik adalah seorang ibu mengajari anaknya menanam
pohon di pekarangan rumah,agar rumah senantiasa indah. Contoh lain, membiasakan
diri bangun pagi, mengembangkan malu sebagai kontrol diri, dan lain sebagainya.
Budaya
merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan sosial. Budaya mempunyai
peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan dalam
masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola pikir masyarakat
tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan
oleh suatu individu maupun masyarakat.
Seiring
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat dihadapkan pada
kenyataan semakin merajalelanya orientasi hidup yang materialistis sementara
dimensi spiritual dan ukhrawi semakin tersingkir. Pola hidup masyarakat telah
bergeser kearah materialisme, hedonisme, konsumerisme, individualisme dan sikap
masa bodoh (permisif). Pola hidup yang seperti itu pada akhirnya mengakibatkan
semakin maraknya praktik maksiat, kejahatan dan perilaku yang menyimpang.
Berbagai
krisis yang menimpa bangsa indonesia, khususnya masalah akhlak, disebabkan oleh
tidak adanya budaya malu dikalangan para pemimpin dan masyarakat luas, disamping
oleh lemahnya mekanisme kontrol yang dalam bahasa agama islam dikenal dengan istilah
Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Bangsa
indonesia cenderung bersikap permisif dan membiarkan terjadinya
kemaksiatan dan kemungkaran. Akibatnya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN) berkembang luas dikalangan pejabat pemerintah mulai dari kepala desa
hingga presiden tanpa ada orang yang
berani melarang apalagi menghentikannya. Pada saat yang sama, berbagai bentuk
maksiat dan munkarat, mulai dari penebangan hutan, perjudian, perzinaan, pemerkosaan,
penyalah gunaan obat-obat terlarang, minuman keras, dan berbagai bentuk kedzoliman semakin merajalela
Manakala
orang telah kehilangan rasa malu dan kejujuran, ia menjadi manusia buas
berjingkrak-jingkrak mengikuti hawa nafsunya dengan hati yang sepuas-puasnya. Hatinya
tidak akan terketuk sama sekali. Egoisme yang meluap-luap membuat matanya
menjadi gelap,sehingga tidak dapat mengenal apapun juga selain yang lebih
menambah kepuasan hatinya. Dikala orang telah mencapai kemerosotan sepeti itu
putuslah ia sebagai manusia yang sewajarnya.
Menghadapi keadaan yang sangat menyedihkan
diatas, tidak ada alterntif lain kecuali menghayati nilai-nilai luhur budaya
dan mengaktualisaikannya dalam bentuk kepribadian yang baik, dalam mewujudkan
Indonesia baru sebagai negara yang gemah ripah loh jinawe tata tenterem
karto raharjo dibawah naungan ridla Allah SWT yang dalam istilah Al-Qur’an
disebut baldatun thayyibatun wa robbun ghofur.(Q.S.Ar-ruum: ). Selain
itu para pemimpin harus menunjukkan
jalan kebahagiaaan kepada umatnya. Lebih terpuji lagi jika mereka dapat
mengantarkan umatnya ke pintu gerbang kebahagiaan. Dengan kata lain, seorang
khalifah (pemimpin) tidak sekedar menunjukkan tetapi mampu pula memberi contoh
sosialisasinya.
No comments:
Post a Comment